Minggu, 17 Juli 2016

Terintuk engkau yang lekat dalam kepalaku

Perlukah kuucapkan selamat malam terlebih dahulu Sebab malam ini kegelapan begitu indah?mungkin bukan itu yang kau cari,tuan,,aku harus terbiasa tanpamu dan kamu terlampau terbiasa tanpa jatuh cinta.entahlah,,tetapi aku merindukanmu seperti gelap yang sudah-sudah,semacam aku mesti merawat kedukaan dalam sepinya  tubuh malam.tanpamu tuan,,malam seperti tidak becus menyelesaikan tugasnya.kita,,sudah terlalu mudah terganti oleh banyaknya ketiadaan yang mengubur sia-sia,aku yang tanpamu tuan,,segalanya jadi tak mudah dipastikan,barangkali akulah seseorang yang jatuh cinta padamu berkali kali.jangan kau bertanya lagi tuan,sebab itu akan menyinggung perasaanku,aku sudah mencintai apapun yang kau tulis terlepas dari mana saja ia kau peroleh,sebab aku jatuh cinta padamu tuan.dan sesekali aku ingin menjelma angin disuatu malam yang menyelinap  lewat jendela kamar yang kau biarkan masih setengah terbuka,sesekali aku ingin menyatu dengan napasmu agar tak ada lagi resah menapak merangkai jarak,aku ingin menjadi orang pertama yang mendengar desahan dari jantungmu sebelum padam,,betapa aku ingin.dan itu mengapa aku menempatkan rindu-rindu disaku sweeter merahmu agar selalu dapat aku dengar debar yang tak semestinya hilang begitu saja.
22 juli dan aku menutup novel dan menulis kata kata semacam puisi ini,sebab aku merindukanmu dan aku tidak banyak tahu cara merindukan tanpa memikirkan.
Pada akhirnya,selamat malam tuan dan memejamlah.

Aku mencintaimu dengan teramat dan sepaket dengan rindu yang menikam ketika malam.

Cianjur,22 juli 2016
DARI AKU KEPADAMU !

Selasa, 12 Juli 2016

Waktu tak mampu menyamarkanmu

pashapena.blogspot.com
Entah ini musim hujan yang keberapa kali
Rupanya waktu sudah begitu jauh berlalu
Dan semua menjadi samar seiring kisah kita yang diam dan beku




Cerita yang dahulu kita ukir telah usang
Tapi kenangan tentangnya masih sangat lekat padaku
Dan kau masih sebuah nama yang menyatu dalam degup




Semakin keras aku berusaha menanggalkan segala perihal dirimu
Semakin dalam pula aku mencintaimu
Jadi kubiarkan saja rasa ini tertanam dihati




Waktu tak mampu menyamarkanmu,,

Kamis, 07 Juli 2016

Sebentar Saja

pashapena.blogspot.com

Barangkali kita pantas menyebut waktu tak lagi berjalan,ia melesat.Sementara kita masih dua orang asing yang tak terpikirkan untuk saling mengenal apalagi memiliki.betapa sebuah kisah cinta yang gagal.Separuh hati mati-matian mengundi harapan,sementara setengah yang lain sungguh tak pernah mengerti mainan apakah perasaan itu.Lima bulan kurang enam hari dan sepenggal hati yang memilih mengunci kata-katanya dikesunyian diri,selama itu pula seseorang  tak pernah mendengar betapa di dada seorang perempuan ada degup yang kerap berlomba dengan waktu,ada debar yang berpacu dengan sisa-sisa hari yang tak mungkin ia tahu.




Aku tak dapat memohon angka-angka kalender agar berhenti bergerak,sebab itu aku meminta sesuatu padamu sebentar saja:sebuah waktu.sejumlah air mata menerka kehari depan,kesedihan hendak dijatuhkan ke dada siapa lagi?beberapa hal yang tak sampai menghitung takdirnya tentang sebuah pertemuan yang penuh dengan peluang mustahil,kali ini semua resahku benar-benar tengah berjudi dengan kemungkinan yang tak ada.



Dunia terlalu luas bila aku harus menemukanmu lagi,suatu hari nanti cinta hanya tinggal nama yang mati dan tak pernah dinisankan,perasaan yang terkubur dan tak pernah kau ziarahi,lagu-lagu sedih yang takkan mungkin kau dengar lagi.



Suatu nanti kita tidak lagi berbicara tentang hari ini,tentang kisah cinta yang menulis kesedihannya sendiri pada sejumlah musim.kita tidak lagi berceloteh tentang suatu hari,ketika dua orang yang mengunci matanya pada mata yang lain beberapa detik saja.kita akan kehilangan sebuah isyarat,waktu-waktu yang berjatuhan terlampau cepat dan kita tak sempat mencatat berapa jumlah air mata yang jatuh ketika kita harus bergerak pada suatu hari yang bukan hari ini.



Kelak perasaan-perasaan cinta hanya tersisa dalam puisi tua,didalam kata-kata yang tak lagi menemukan maknanya,kau akan menjumpaiku masih ingin jatuh cinta,mungkin saja bukan lagi kepadamu tetapi mungkin sekali masih kepadamu.
Sebentar saja hari ini sebelum semua yang aku resahkan terlanjur terjadi.

Hujan Badai Kecil


Menghadap hujan aku berteduh dari sore yang makin pekat.
Kilat-kilat putih menjebak langkah mencegah kepulangan yang tak sebaiknya terjadi.
Ditengah hujan badai kecil kesedihan selalu tampak lebih besar.
Aku ingin apapun selain merindukanmu,selain rasa sakit yang lebih hebat.
Andai kalimat ini sewaktu-waktu dapat menjelma penangkal badai atau sekedar payung kecil yang menampung air matamu,perpisahan kita akan lebih baik.
Dan kita cukup duduk sambil menghitung gerakan jarum jam yang sentripetal,mengitari putaran yang tak lebih rumit dari alasanmu memilih pergi.
Atau kau saja yang melakukannya,biar aku menahan tawa memperhatikanmu yang terus mencoba menanggalkan satu per satu angka-angka dalam kalender diruang kerja kita.
Kau tak berubah masih seperti dulu yang amat keras kepala,dan itu membikin aku terlampau sulit melepasmu.
Jika disini ada jalan lain atau setidaknya lorong bawah tanah yang gelap,kau tetap akan pergi,kau bahkan sudah tak peduli pada badai diluar.
Padahal mereka mengabadikan kita sebagai sisa dari perpisahan yang terlalu sering digagalkan hujan.
Cianjur 7 juli,2016

Minggu, 03 Juli 2016

Kepada kau yang entah dimana


Sore yang mendung,dan waktu yang menyimpan hujan dikejauhan sana.dilangit yang tak mampu kuterka luasnya,amat jauh disana tempat kau dipayungkan gelisah dan sejumlah awan yang membelah-belah.sementara aku berdo'a saja disini,untuk kebaikanmu juga tentang betapa kacau rindu menyekapku.


Aku tau kau akan baik-baik saja,dan puisi ini lebih baik tak pernah dituliskan,sebab kita terlalu jauh.barangkali memang kita benar-benar tak pernah terlalu dekat,dan seberapa jauh engkau sebetulnya?


Tidak akan aku bersumpah untuk melupakanmu,namun saat ini juga aku sedang mengusahakannya.

Jumat, 01 Juli 2016

Untuk seseorang yang sebaiknya kamu


Aku tanam duri juga segala yang mungkin mampu melukai,didekat jantungmu,dihatimu.tapi belukar selalu tumbuh sebagai cinta yang mematahkan lukaku berkali-kali.


Barangkali kata yang tua dan amat terlupakan,juga biru laut yang mampu membiaskan parasmu,disebuah sore yang hujan kita telah habis dijerat betapa rumitnya waktu.


Badai ini kehancuran yang tercipta dari parasmu,telah berubah menjadi desau angin lembut,yang berusaha mencintaimu dengan kepulangan baru.


Suatu hari nanti dadamu akan pecah,dan akulah rahasia yang pertama kali keluar dari perangkapnya,kemudian sesal dan resahmu yang tertinggal didalamnya,mengukir namaku dengan tinta yang kau seka disudut mata.


Aku bersumpah sampai waktu yang entah hatimu tak akan menumbuhkan apapun selain cinta,meski ribuan kali aku coba menimbum duri dan menyimpan harap asa yang tak terhitung lara.