Apakah sebaiknya kita tidak bertemu agar tak satu kali pun menyambut apa itu kehilangan?apakah kita,kau,aku?apakah semua itu?
Hari yang tiba akan mengunci langkahmu,bayang-bayang berkumpul membentuk sepasang langkah yang pergi.kesunyian mengunci bibirku,terangkum singkat dalam ucapan selamat tinggal.dan kau mengunci ingatan,akankah kita saling melupakan?kau menyematkan janji,mengokohkan hati,katamu,aku akan baik-baik saja meski tanpamu.dan usahamu itu takan pernah berhasil,kau pergi dan aku gagal untuk tetap baik-baik saja.
Aku mungkin dapat saja mengulur waktu,namun aku tak mampu menghentikan langkah hatimu.Tentangku sudah kau tutup rapat,dan kepergianmu mematahkan segala yang masih tersisa di hatiku,yang sialnya kuberikan hanya kepadamu.aku bodoh dalam memaafkan,semestinya tak ku ampuni segala yang menyakitkan,tapi terkadang pada tengah malam yang beku,wajahmu sering kali datang dan buatku mengulang atas apa yang tak sebaiknya terjadi lagi,seperti mencoba keras melupakanmu.seperti menghapus bayang air matamu yang terjatuh di pipiku.seperti melelapkan tidurku di dalam mimpimu.
Hari ketika hujan adalah hari yang berat untuku,sebab aku tidak melihat siapa-siapa selain seseorang yang berjalan menunduk,baginya jalan yang terbentang di ujung sana adalah pintu perpisahan,dimana ada lorong yang tak terlihat mempunyai daya yang kuat untuk menarik kita,aku ke dalam sini dan kau keluar sana,jangan pernah membayangkan itu karena menyakitkan.
Bolehkah aku mengenang sesuatu?hari itu,sore dengan gerimis yang rintiknya cukup untuk membuat basah baju kita kau bersamaku,kita duduk berdua di tepi danau itu menunggu hujan berhenti,aku tak henti-hentinya berdo'a agar hujan ini tak segera berhenti,atau jikapun sampai esok tetap jatuh bahkan semakin deras,aku tak apa.aku hanya ingin lebih lama,usai itu kau mengatakan sesuatu,hingga aku menulis kalimat ini,itu masih saja ku ingat.
"Percayalah,suatu nanti ketika hujan,kau hanya akan mengingatku,juga kenangan ini"
Dan ini adalah hari yang percuma.sekalipun aku menulis seribu kata,kau sudah tak mungkin lagi akan membaca,ini hari yang mesti ku lewati,setiap detik harus ku bohongi bahwa hanya aku yang berantakan tapi hatiku tidak,hari-hari ke depan yang tanpamu,tidak,aku hanya belum terbiasa,dan waktu tidak akan bisa menyembuhkan,sesungguhnya seluruh puisi yang menguatkan segala macam rasa sakit dalam perpisahan hanyalah tipuan,tidak pernah ada,hanya kau penawarnya.
Cianjur,19 november 2017