Pashapena. Blogspot. Com
Kapan terakhir kali kau menulis puisi?
Kapan terakhir kali kau tak berpura-pura bahwa merindukannya adalah masih yang paling berat?
Kapan terakhir kali kau mendengar suaranya saat hujan deras tiba-tiba jatuh menghantam atap rumahmu?
Kapan terakhir kali kau menanyakan hal-hal tidak penting ini?
Kapan terakhir kali kau tak berpura-pura bahwa merindukannya adalah masih yang paling berat?
Kapan terakhir kali kau mendengar suaranya saat hujan deras tiba-tiba jatuh menghantam atap rumahmu?
Kapan terakhir kali kau menanyakan hal-hal tidak penting ini?
Masih tentang ingatan yang mampu menyeretku sejauh apapun yang pernah melangkah.
Aku ingin menulis puisi sekali lagi, sebagai tanda jalan pulang. Aku ingin meletakan nama mu di bait paling belakang. Aku ingin menemukanmu yang hilang.
Aku ingin menulis puisi sekali lagi, sebagai tanda jalan pulang. Aku ingin meletakan nama mu di bait paling belakang. Aku ingin menemukanmu yang hilang.
Aku ini jalanmu yang paling sunyi, yang pernah berdiri di ujung sesuatu bernama pelarian. Tapi kau pun tahu, cintakulah yang paling nyaring. Sebab di dada mu yang kiri,aku menulis sebuah arti yang hanya mampu kau baca dalam remang-remang. Tidak tentang kehilangan, juga tentang rasa rindu yang butuh di selamatkan.
Di dada mu yang mana seorang perempuan pernah memahat lubang, aku datang membawa cinta.
Cianjur, october, 2018
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.