Tiang-tiang lampu jalan telah kunamai dirimu, pun tembok-tembok yang membelah kota kunamai dirimu.
Kau di mana?
Sepasang mata tua sibuk mencari serpihan hatimu yang terserak di antara jalan lengang yang perlahan dilahap malam.
Bayang-bayangmu timbul-tenggelam di tengah arus waktu yang mengalir di jeram dalam kepalaku.
Kau di mana?
Telah sampai diriku di ujung waktu. Detik-detik mulai melambat berdentang di telingaku. Malam kian gelap Keheningan meracaukan segala hal yang lama tersimpan di rongga dada
Kau tuan bagi segenap kesedihan-kesedihanku, bagi kesepian-kesepianku.
Ah, kekasih, kau di mana?
Kini usiaku tak lebih seperti dedaunan kuning yang menunggu musim gugur tiba. Tetapi tiang-tiang lampu jalan telah kuberi nama kau, juga tembok-tembok yang membelah kota.
Mereka akan mengenangmu seperti aku mengingatmu.
Kau di mana?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.