Minggu, 21 Juli 2024



"aku mencintaimu bahkan ketika begitu dalam kau mencintai kekasihmu"

menjadi yang tak pernah terlihat memang tidak mudah seperti hadirku yang tak mungkin lebih besar dari harapan sebatas orang asing,berbahagialah kau,sebab dengan itu aku merasa berarti.
ketahuilah,,,janganlah kau merasa bersalah sebab aku tersakiti,ini hanyalah kebodohan yang ku buat,ialah merasa patah ketika kau bersamanya.

aku memohon ampun karena kelancanganku menyimpan rasa cinta kepadamu,terlebih merasa kehilangan sedang kau tak pernah ku miliki,bahkan tak seharusnya kepadamu aku memohon ampun menjadi cinta atau sekalipun menjadi benci,kau juga tak akan peduli,tetapi inilah aku yang teramat sombong mengatakan paling menyayangimu apa adanya,tetapi memanglah benar,jatuhlah dan terpuruk,,,,,maka jatuh lah di bawah sana sebab lenganku akan siap menangkap,jatuhlah lebih dalam sampai tak seorangpun hadirmu pada mereka diinginkan oleh sebabnya kau haruslah sedikit lega karena aku masih manis menunggu untukmu.percayalah semua ini hanya kebohongan.sejujurnya yang selalu kuagung-agungkan atas dasar cinta tak betul-betul ada,aku yang tak sekalipun memperjuangkanmu tetapi berani mengatakan perasaanku kau lukai

sebenarnya hatiku tak pernah kau patahkan,hanya saja aku terlalu mengharapmu berlebihan,hingga kini di pundakku masih memikul setumpuk tanya dengan jawaban yang sebenarnya tak ingin ku dengar.
dan yang selalu ingin ku tanyakan padamu ialah,seberapa besar kau menyayanginya? lebihkah dari aku menyayangimu? itu pula yang selalu tak pernah aku berani,sebab kau mencintainya terlalu buta atau aku saja yang amat tak tahu diri.

sekali lagi,maafkan ke hinaanku ini,kau tak perlu menyuruh pesuruhmu untuk menyeretku jauh-jauh dari kehidupanmu,disini aku cukup dengan melihatmu tertawa tanpa adanya gelisah yang kau sembunyi-sembunyikan,lalu dengan perasaan yang amat cukup aku akan berjalan menjauh,seluruh yang ada di sepanjang jalan kepergianku darimu ini bahkan tampaknya sudah paham,setiap satu langkahku menghancurkan satu ingatan tentangmu,dan aku ingin berjalan sejauh mungkin sampai kau yang ada di dalam tubuhku benar-benar musnah,aku tak peduli dimana nanti kakiku akan menjadi pincang yang terpenting tak ada lagi kamu dalam seluruh diriku.

mungkin napas yang kubawa ini suatu nanti tak lagi namamu,dan betapa merasa hebatnya aku terbebas dari sengsara mencintaimu,itulah hari dimana hari penantianku tiba akhirnya hal-hal sakit dalam mencintaimu akan melahirkan jeda,dan barangkali itu akhir dari namamu yang terus ku helakan,serta pula napasku yang tak sanggup lagi ku hembuskan

dari aku yang(berusaha)tidak mencintaimu


cianjur,21 juli 2024

Jumat, 26 Januari 2024

A litle bit conversation



 Pria itu berkata:


"Kau bilang kau menyukai hujan, lalu mengapa kau membuka payung untuk berlindung darinya?"


Lalu Sang Wanita tertawa,


"Tuan, jika kau menyukai sebuah mobil, apa kau akan berdiri di tengah jalan dan membiarkan tulangmu patah karena karena tertabrak mobil itu?"


"Mencintai tidak berarti harus membodohi diri, Tuan."


Selasa, 23 Januari 2024

Kehilangan Kekasih


Tiang-tiang lampu jalan telah kunamai dirimu, pun tembok-tembok yang membelah kota kunamai dirimu.

Kau di mana?


Sepasang mata tua sibuk mencari serpihan hatimu yang terserak di antara jalan lengang yang perlahan dilahap malam.

Bayang-bayangmu timbul-tenggelam di tengah arus waktu yang mengalir di jeram dalam kepalaku.

Kau di mana?


Telah sampai diriku di ujung waktu. Detik-detik mulai melambat berdentang di telingaku. Malam kian gelap Keheningan meracaukan segala hal yang lama tersimpan di rongga dada

Kau tuan bagi segenap kesedihan-kesedihanku, bagi kesepian-kesepianku.

Ah, kekasih, kau di mana?


Kini usiaku tak lebih seperti dedaunan kuning yang menunggu musim gugur tiba. Tetapi tiang-tiang lampu jalan telah kuberi nama kau, juga tembok-tembok yang membelah kota.

Mereka akan mengenangmu seperti aku mengingatmu.


Kau di mana?


Senin, 22 Januari 2024

Rindu yang tak perlu

 Hi,, 


ini adalah malam ke 22 di bulan januari ini dan aku yang bebal  dengan keras kepala masih ingin mengenang bagian- bagian kecil dari ingatan tentangmu 

Tulisan ini tidak akan secara khusus ditujukan kepadamu tapi ya, kamu adalah sesuatu yang selalu tersimpan rapi pada tempatnya yaitu hatiku,disana ada ruang khusus tempatmu tinggal selama ini

Kau sudah berlalu begitu jauh hingga jejakmu tak dapat ku temui di sepanjang jalan yang ku cari,mengapa hanya pergi seorang diri ? Mengapa tak sekalian kau bawa cinta yang pernah kau titipkan waktu itu? Mengapa begitu mudah untukmu?

Disini,,,di tempatku berada,,,aku sekarat di serang rindu,rindu yang tak perlu,mungkin disana,,di tempat jauh yang tak dapat ku terka kau sedang bersama seseorang yang baru,,

Tulisan ini akan menjadi cerita tentang proses penyembuhanku, tentang hari-hari yang aku habiskan  dengan dan tanpa melihat kamu,tentang momen-momen kecil ketika mata kita bertemu yang selamanya akan aku kenang dan hargai dan juga tentang betapa aku memohon kepada tuhan untuk mengirimkanmu ke dalam mimpiku hampir setiap malam

Oh ya,,,saat ini aku sedang mendengarkan lagu2 kesukaanku dan apakah kamu tahu betapa aku berharap saat ini aku bisa menikmatinya denganmu? Hanya kita berdua? Berpelukan di tengah dinginnya musim hujan dan kemudian kita terlibat percakapan manis hingga pagi,,

Aku ini terlalu bodoh dalam hal melupakan tapi percayalah menghapus segala tentangmu sedang ku usahakan,,,





Cianjur 23 januari

Rabu, 05 Juli 2023

rindu tak sampai

di kota dingin ini, yang pernah kusebut beranda tangisku
mulai terlihat sulur-sulur kenangan
satu nama tiba-tiba muncul sebagai ingatan
seperti jantung, ingatan kali ini memiliki degup abadi yang dilindungi waktu

aku pernah bertanya,
di mana sebuah pagi kausembunyikan?
di sebelah dadamu?
atau di samping sepatu yang mengantar pergimu?

sementara embun datang lebih dingin dari biasanya
tak ada gigil yang perlu kucurigai
aku hanya tak bisa melipatnya
seperti ada yang tak terbiasa
peluk itu telah berlalu; pengukur suhu terbaik bagi tubuhku

pada sepasang kelingking yang pernah kita tautkan,
aku memohon agar terbiasa lagi melihat matamu
melihat aku
melihat jendela terbuka
melihat senja
melihat remang lampu kota yang mulai menyala
atau melihat apa saja yang belum pernah kautangisi sebelumnya

pada kedua peluk yang saling menghangatkan,
aku berharap agar diizinkan lagi mendamaikan gigilmu
ah, bukankah kita sudah belajar berpura-pura untuk saling melupakan?
dan kita berkaca pada sesal,
bersitatap dalam tabah,
saling mendoakan dalam gundah,
sebab kita terlanjur terlibat di sebuah keputusan yang salah

still missing you

Hening ini mulai mengabut dan menyamarkan pandanganku
Tapi ingatan tentangmu, masih saja membias jelas diantara ketidakmampuan yang lemas
Seperti keinginan untuk menarik lagi selimut di perbatasan pagi
Terkadang, sayu wajahmu bertamu dihadapku terbawa purnama
Menghentikan denyut nadi yang mulai sehat berdetak
Meninggalkan ludah perih yang selalu mencair dan membuat kalbu menggigil
Kemana lagi aku mencari matamu yang setebal buku
Dimana banyak hal bisa mudah terbaca dan dipelajari
Atau justru banyak cerita roman yang tak berakhir tenang

Selembar bait rindu ini untukmu...
Dijejali sedikit hampa yang menggema di setiap sudutnya
Tenang mengambang, siap terisi dan tegar menanti
Akrab dengan airmata yang selalu mengaliri kejujuran nurani
Membangunkan kenangan atas nama keinginan untuk saling mencintai dan menghargai
Menanti pedulimu menuliskan harapan, untuk mencairkan rindu beku yang kian membatu
Seperti sajak yang tak lagi bertegur sapa dengan tanda baca nya
Hanya berisikan tanda tanya yang belajar merangkai kekuatan untuk sebuah kata perpisahan

rindu yang salah


Hawa dingin di musim penghujan malam ini mulai menyapa kulitku.
Memapah ingatanku menuju keterasingan waktu dimana aku masih menjadi tong sampah atas segala kesedihan-kesedihan mu.
Lembab air hujan sepertinya sengaja membawa parasmu mengitari ruang kenangan yang sebelumnya telah terkunci rapat.
Paras yang pernah memiliki senyuman melumpuhkan, itu kata hatiku, dulu...
Sebelum ego pengkhianatan menyeretmu untuk mengundurkan diri dari ranah kebersamaan untuk menggenapi keganjilanku.
Bangku dingin yang mulai lapuk seolah menyempurnakan kenangan usang, tempat dimana kita pernah menghabiskan cerita diujung pagi.
Pada paragraf pertama, serangga malam tak pernah lupa menyumbangkan nyanyian-nyanyian nya untuk kita tuliskan.
Mengumpulkan rindu-rindu yang berserakan.
Menikmati cembung korneamu yang terkadang susah tereja.

Menuliskan kisah itu dimalam dingin ini, sama halnya mengihklaskan airmata ku mengendap-endap dari mata menuju pipi.
Menetes, pecah, memercik tak berbentuk.
Menyelimuti subuh dengan aksara tak terjawab.
Mengendarai imajiku untuk mengikuti jejak-jejakmu.
Lunglai menggenggam asa yang tak tahu harus kubuang kemana.
Mungkin bagimu, kerinduan ini hanya kau anggap segenggam garam yang kusebar ditengah lautan.
Atau bahkan, layaknya sebutir embun yang jatuh kebumi.
Karam tak berbekas, lenyap tanpa balas.
Sekumpulan rindu ini pun habis dilumat airmata tak bersuara diujung letihku.
Airmata yang pernah menemani semangatku mencari kebahagiaanmu, yang kini telah kau hirup dari nafas dia.
Kenapa rindu masih saja berterbangan di bilik hati?
Tidak kah dia temukan jalan untuk pulang?
Selalu saja begini!!
Mereka berdansa didalam ingatan, berlatar belakang malam yang di dinginkan hujan. Pulanglah!! Ada banyak hati kasmaran yang menunggumu diambang pintu.
Rindu berkata, dia kangen kamu...
Kangen berkata, dia rindu