Di sore yang gerimis
Aku mendengar sebuah kehilangan
Seperti musim hujan,yang kehabisan ruang untuk memulangkan ingatan
Telah kutemukan hari dimana dua puluh empat jamnya adalah waktu-waktu yang mungkin untuk menyakiti diri dengan cara merindukan
Aku seseorang yang dipilih sunyi untuk diam dan merenungkan bagaimana seharusnya perpisahan yang sedikit saja rasa sakitnya
Gerimis pukul empat sore
Sesuatu mengetuk kenangan yang tak berpintu
Tentang sebuah tempat yang kau sebut masalalu
Ketika kita menghabiskan jam-jam yang belum berhenti berputar
Saat arloji berseru:sesuatu akan kumakamkan dimata indahmu,senja
Aku ingin menjadi air mata
Katamu kau belum sanggup melihat kesedihan
Terutama hal-hal yang lahir,dari sepasang hujan dimataku
Sebab aku ingin menjadi air mata,katamu sekali lagi
Sehingga tak kau biarkan aku menangis,aku berduka,atau bersedih sendirian
Kita adalah sebuah kefanaan yang menghindari suatu hari,pada suatu nanti kau dan aku tak saling menemukan
Ialah hari-hari yang terus menerus menjadi ukuran waktu begitu panjang yang kerap mereka sebut sebagai selamanya
Dan kita ingin berdua lebih lama,beberapa detik saja dari selamanya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.